
Grounding System
Salah satu elemen penting dalam instalasi penangkal petir dan kelistrikan adalah aspek keamanan, dimana kita ketahui bahwasannya listrik merupakan suatu hal yang bermata dua, bisa bermanfaat namun bisa juga berbahaya.
Untuk itu keamanan dalam instalasi penangkal petir dan kelistrikan penting untuk diperhatikan dalam rangka meminimalisir kemungkinan bahaya yang ditimbulkan dari sambaran petir atau instalasi listrik seperti konsleting listrik, lonjakan arus dan sebagainya.
Diantara elemen-elemen penting dalam instalasi kelistrikan, Grounding atau sistem pentanahan merupakan salah satu elemen penting yang sangat berguna untuk memberikan perlindungan pada instalasi penangkal petir maupun listrik dari berbagai gangguan dan bahaya.
Untuk mengenal lebih jauh, pada artikel ini kita akan membahas mengenai apa itu Grounding system berikut fungsi dari Grounding dan bagaimana cara kerjanya, dan bagaimana aplikasinya baik dalam instalasi penangkal petir dan kelistrikan, yuk simak penjelasannya dalam artikel berikut ini.
Apa itu Grounding System?
Grounding system merupakan sistem pentanahan yang berupa jalur kabel konduktor tersendiri yang dipasang pada instalasi penangkal petir dan instalasi listrik menuju titik pentanahan (bumi).Grounding sering juga dikenal dengan istilah arde.Pemasangan Grounding untuk instalasi penangkal petir bertujuan untuk membuang induksi sambaran petir melalui penghantar kabel konduktor menuju ke grounding yang sudah tertanam di bumi , untuk instalasi listrik bertujuan meniadakan beda potensial dalam rangkaian listrik dengan mengalirkan arusnya ke tanah atau bumi.
Beda potensial yang dimaksud adalah kebocoran arus listrik atau sambaran petir. Ini juga bertujuan untuk melepaskan muatan listrik berlebih.Pengaliran arus listrik ke tanah bertujuan untuk menetralkan muatan listrik yang terlalu berlebihan. Tanah dipilih karena memiliki massa dan volume yang sangat besar sehingga mampu menetralkan muatan listrik yang besar seperti misalnya sambaran petir.
Fungsi Grounding System
Seperti telah dijelaskan di awal, Grounding memiliki fungsi utama sebagai sistem yang digunakan untuk memberikan perlindungan dan keamanan dalam sebuah instalasi penangkal petir dan instalasi listrik.Dengan terpasangnyanya Grounding maka instalasi penangkal petir obyek bangunan akan aman dari sambaran petir dan untuk instalasi listrik akan terhindar dari beberapa resiko kecelakaan seperti konsleting listrik, kebocoran isolasi, kebocoran tegangan dan menghindari orang dari terkena sengatan arus listrik.

Secara garis besar terdapat tiga fungsi utama dari pemasangan Grounding system diantaranya :
1. Untuk menjaga keselamatan
Grounding akan mengalirkan arus listrik ke tanah saat terjadi kebocoran listrik sehingga tidak menimbulkan bahaya (konsleting listrik atau kebakaran).
2. Sebagai penangkal petir
Ketika terjadi sambaran petir, arus listrik yang besar akan masuk kedalam rangkaian listrik sehingga akan menimbulkan bahaya, dengan adanya Grounding, arus listrik yang besar tersebut akan dialirkan langsung ke tanah sehingga akan langsung dinetralisir dan tidak sampai menimbulkan bahaya.
3. Sebagai pengaman bagi peralatan listrik
Grounding juga dapat memproteksi peralatan listrik atau elektronik agar tidak terjadi kerusakan apabila terjadi kebocoran tegangan.
Jenis-Jenis Grounding System
Berdasarkan Tujuan Pemasangan
1. Safety Grounding

Safety Grounding digunakan untuk menetralisir dampak arus listrik yang berbahaya. Misalnya ketika terjadi tegangan arus listrik yang tidak stabil yang diakibatkan oleh gelombang elektromagnetik yang berasal dari kilatan petir atau hal lainnya.
2. RF Grounding

RF Grounding umumnya digunakan pada perangkat komunikasi untuk mengurangi dampak radiasi yang muncul dari adanya pancara gelombang seperti misalnya gelombang radio.
Berdasarkan Sistem Pemasangan
1. Single Grounding System

Single Grounding merupakan sistem pentanahan penangkal petir yang digunakan dengan menancapkan satu pasak atau logam ke dalam tanah. Selain logam, para teknisi juga seringkali menggunakan batang tembaga/Grounding road. Sebagaimana kita ketahui bahwa tembaga merupakan material yang sangat baik untuk menjadi konduktor listrik.
2. Pararel Grounding System

Pada dasarnya jenis ini tidak jauh berbeda dengan single Grounding hanya saja, pararel Grounding menggunakan dua batang loga untuk melepas arus ke dalam tanah. Kedua batang logam tersebut dihubungan dengan menggunakan kabel BC atau BCC. Batang logam ditanamkan ke tanah pada kedalaman tertentu.
3. Multi Grounding System

Berbeda dengan dua jenis sebelumnya, Multi Grounding System memanfaatkan lembaran tembaga yang juga dikenal dengan copper earthing plate yang telah diikat menggunakan kabel BC sebagai bahan penangkal petir. Selain menambahkan lembaran tembaga, dapat juga menambahkan larutan semen pada titik Grounding. Penambahan semen bertujuan agar kualitas resistansi meningkat dan tetap terjaga. Maksimum Grounding biasanya diterapkan pada daerah dengan tekstur tanah yang lebih keras atau berbatu.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pemasangan Grounding
1. Memilih Material yang Berkualitas
Pemilihan material yang baik dan berkualitas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan Grounding. Untuk itu sebelum melakukan instalasi Grounding, kita perlu memperhatikan material yang digunakan. Misalnya pemilihan kabel konduktor yang dipakai untuk pentanahan yang baik adalah kabel yang berbahan tembaga
2. Kedalaman Grounding
Kedalaman penanaman Grounding biasanya ditentukan dari pencapaian nilai resistansi pentanahan. Semakin dalam ditanam, maka semakin kecil nilai resistansinya.
3. Ukuran diameter Grounding Road dan Kabel Grounding
Meski tidak memilliki pengaruh yang begitu besar namun pemilihan ukuran diameter Grounding rod dapat membantu mencapai nilai resistan pentanahan yang baik. Untuk kabel Grounding yang dipasang untuk penangkal petir, disarankan untuk memilih kabel dengan diameter yang besar. Sedangkan untuk kabel Grounding yang dipasang dari suatu instalasi listrik menuju titik tanah, disarankan memiliki ukuran diameter sesuai dengan daya maksimal instalasi tersebut.
4. Jumlah Grounding Rod
Menambah jumlah Grounding road terbukti cukup efektif untuk mendapatkan nilai resistan pentanahan yang baik. Penambahan jumlah Grounding road harus memperhatikan hubungan antara setiap Grounding road agar mendapatkan nilai resistansi pentanahan yang baik.
5. Jenis Tanah dan Nilai Resistansi Tanah
Pemilihan jenis tanah dan nilai resistansi tanah juga harus diperhatikan dimana penanaman Grounding road harus ditempatkan di tanah yang mudah ditancapkan. Hindari pemilihan jenis tanah yang berpasir dan berbatu karena akan sulit untuk menanamkan Grounding road. Nilai resistansi tanah yang baik adalah yang memiliki nilai maksimal 5 ohm.
Nilai standar resistansi tanah mengacu pada Persayaratan Umum Instalasi Listrik atau PUIL 2000 yaitu kurang dari atau sama dengan 5 ohm. Dalam aturan tersebut dijelaskan bahwa nilai sebesar 5 ohm merupakan nilai yang maksimal atau batas tertinggi dari hasil resitan pentanahan (Grounding) yang masih bisa ditoleransi. Nilai antara 0-5 ohm adalah nilai aman dari suatu instalasi pentanahan. Nilai tersebut berlaku untuk seluruh sistem dan instalasi yang terdapat dalam Grounding atau pentanahan.
Untuk mengetahui nilai resistansi pentanahan maka dapat dilakukan dengan pengukuran menggunakan alat ukur seperti Earth Tester. Earth Tester adalah alat untuk mengukur nilai resistansi dari Grounding. Terdapat dua jenis earth tester yang ada yakni jenis analog dan digital.
Dalam penggunaannya earth tester berjenis digital lebih baik dalam melakukan pengukuran karena lebih akurat jika dibandingkan dengan earth tester berjenis analog atau digital.
Adapun untuk mengukur nilai tahanan grounding saat ini tidaklah sulit cukup panggil Customer Service kami di PT.Jakarta Grounding teknisi kami akan segera datang ke tempat anda.
Hubungi kami di 0813 204 204 74 atau melalui email di admin@jakartagrounding.com untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.